Demikianlah
tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling
besar di antaranya ialah kasih.
(I Kor 13:13)
Rasanya kita
sudah terlalu biasa mendengar tema kasih atau cinta? Tema ini sudah terlalu sering
diangkat. Tema ini juga telah menginspirasi ribuan novel, film, sinetron, lagu,
drama, puisi, dan banyak lagi. Banyak bidang ilmu pengetahuan yang mendalami
soal kasih: kita bisa mendengar perdebatan filsafat, perbincangan theologia,
teori psikologi, diskusi sosiologi, dan baru-baru ini, saya menonton tayangan
dokumenter yang mengupas tentang penelitian dalam bidang biochemistry dan kedokteran yang menyelidiki hormon yang membuat
kita jatuh cinta. Mungkin karena itu begitu mempengaruhi hidup kita sehingga perbincangan
tentang kasih atau yang secara umum disebut cinta ini tidak pernah usai, selalu
ada, tidak pernah lekang oleh waktu.
Kita melihatnya di dalam pasangan yang sedang jatuh cinta, di dalam keluarga,
dalam hubungan persahabatan, dan seterusnya. Permasalahannya adalah sebagaimana
yang disinggung dalam kalimat pertama di atas, kita menjadi terlalu biasa
dengan tema ini, sehingga kita jenuh. Bisa jadi juga, kita menjadi terlalu
banyak menerima “input” tentang kasih atau cinta sehingga kita kehilangan makna
kasih yang sesungguhnya. Itulah mengapa gereja Tuhan tidak pernah berhenti
untuk membahas mengenai tema kasih, supaya jemaat Tuhan tidak kehilangan arah
untuk memahami dan mempraktikkan the real
love.
Apakah kasih yang sejati (the real love) itu? Rasul Paulus menulis ciri-ciri orang yang
mengasihi: “Orang yang mengasihi
orang-orang lain, sabar dan baik hati. Ia tidak meluap dengan kecemburuan,
tidak membual, tidak sombong. Ia tidak angkuh, tidak kasar, ia tidak memaksa
orang lain untuk mengikuti kemauannya sendiri, tidak juga cepat tersinggung,
dan tidak dendam. Orang yang mengasihi orang-orang lain, tidak senang dengan
kejahatan, ia hanya senang dengan kebaikan. Ia tahan menghadapi segala sesuatu
dan mau percaya akan yang terbaik pada setiap orang; dalam keadaan yang
bagaimanapun juga orang yang mengasihi itu tidak pernah hilang harapannya dan
sabar menunggu segala sesuatu” (I Korintus 13:4-7 – Bahasa Indonesia
Sehari-hari). Kasih yang sejati adalah pengorbanan. Kasih juga berarti
menyerahkan nyawa kita bagi orang lain (I Yoh 3:16) bahkan bagi orang yang
membenci kita. Tidak masuk akal, bukan? Tapi itulah yang ditunjukkan oleh Tuhan
kita, Yesus Kristus.
Definisi dari kasih yang sempurna adalah Yesus
Kristus. Dia adalah kasih; paku di tangan-Nya, mahkota duri di kepala-Nya,
tergantung di kayu salib untuk menebus dosa kita. Itulah kasih ketika Dia mati
untuk kita, padahal pada saat itu, kita sedang dalam posisi membenci Dia karena
dosa-dosa kita. Tuhan adalah kasih yang sejati. Jikalau Saudara tidak mengenal
kasih sejati ini, inilah saat yang tepat untuk mengenal Dia, the real love.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar