Jumat, 22 Agustus 2014

THE REAL LOVE

Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
(I Kor 13:13)

                Rasanya kita sudah terlalu biasa mendengar tema kasih atau cinta? Tema ini sudah terlalu sering diangkat. Tema ini juga telah menginspirasi ribuan novel, film, sinetron, lagu, drama, puisi, dan banyak lagi. Banyak bidang ilmu pengetahuan yang mendalami soal kasih: kita bisa mendengar perdebatan filsafat, perbincangan theologia, teori psikologi, diskusi sosiologi, dan baru-baru ini, saya menonton tayangan dokumenter yang mengupas tentang penelitian dalam bidang biochemistry dan kedokteran yang menyelidiki hormon yang membuat kita jatuh cinta. Mungkin karena itu begitu mempengaruhi hidup kita sehingga perbincangan tentang kasih atau yang secara umum disebut cinta ini tidak pernah usai, selalu ada,  tidak pernah lekang oleh waktu. Kita melihatnya di dalam pasangan yang sedang jatuh cinta, di dalam keluarga, dalam hubungan persahabatan, dan seterusnya. Permasalahannya adalah sebagaimana yang disinggung dalam kalimat pertama di atas, kita menjadi terlalu biasa dengan tema ini, sehingga kita jenuh. Bisa jadi juga, kita menjadi terlalu banyak menerima “input” tentang kasih atau cinta sehingga kita kehilangan makna kasih yang sesungguhnya. Itulah mengapa gereja Tuhan tidak pernah berhenti untuk membahas mengenai tema kasih, supaya jemaat Tuhan tidak kehilangan arah untuk memahami dan mempraktikkan the real love.
                 Apakah kasih yang sejati (the real love) itu? Rasul Paulus menulis ciri-ciri orang yang mengasihi: “Orang yang mengasihi orang-orang lain, sabar dan baik hati. Ia tidak meluap dengan kecemburuan, tidak membual, tidak sombong. Ia tidak angkuh, tidak kasar, ia tidak memaksa orang lain untuk mengikuti kemauannya sendiri, tidak juga cepat tersinggung, dan tidak dendam. Orang yang mengasihi orang-orang lain, tidak senang dengan kejahatan, ia hanya senang dengan kebaikan. Ia tahan menghadapi segala sesuatu dan mau percaya akan yang terbaik pada setiap orang; dalam keadaan yang bagaimanapun juga orang yang mengasihi itu tidak pernah hilang harapannya dan sabar menunggu segala sesuatu” (I Korintus 13:4-7 – Bahasa Indonesia Sehari-hari). Kasih yang sejati adalah pengorbanan. Kasih juga berarti menyerahkan nyawa kita bagi orang lain (I Yoh 3:16) bahkan bagi orang yang membenci kita. Tidak masuk akal, bukan? Tapi itulah yang ditunjukkan oleh Tuhan kita, Yesus Kristus.
Definisi dari kasih yang sempurna adalah Yesus Kristus. Dia adalah kasih; paku di tangan-Nya, mahkota duri di kepala-Nya, tergantung di kayu salib untuk menebus dosa kita. Itulah kasih ketika Dia mati untuk kita, padahal pada saat itu, kita sedang dalam posisi membenci Dia karena dosa-dosa kita. Tuhan adalah kasih yang sejati. Jikalau Saudara tidak mengenal kasih sejati ini, inilah saat yang tepat untuk mengenal Dia, the real love.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar