Kamis, 21 Agustus 2014

PRICE TAG

Mencintai Hidup Berarti Meng”harga”i Hidup

 Judul dari artikel ini sesungguhnya tercetus ketika melihat label harga (price tag)yang tercantum di setiap produk yang ditawarkan di pusat-pusat perbelanjaan. Pada saat itulah muncul pemikiran bahwa kita, secara sadar atau tidak, seringkali menaruh label harga atau price tag terhadap segala sesuatu, termasuk anak, pasangan, keluarga, teman bahkan pada diri kita sendiri. Segala sesuatu memang memiliki nilai dan harga. Rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menulis demikian,”Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian.”(2 Korintus 5:16). Menilai berarti menaksir harga atau kualitas dari sesuatu. Di sini terlihat dengan jelas bahwa bagi Paulus, seseorang atau bahkan Tuhan Yesus pun memiliki ”nilai” atau ”harga”. Mencintai hidup (Loving Life) memang tidak dapat dilepaskan dari meng”harga”i hidup dan itu dimulai dari bagaimana cara kita meng”harga”i diri kita sendiri.

Berapakah hargamu?
Di dalam salah satu acara motivasi di salah satu stasiun televisi, seorang motivator kenamaan bertanya kepada hadirin yang datang pada saat itu,” Pada harga berapa, Saudara rela menjual kejujuran dan integritas Saudara jikalau Saudara memiliki kesempatan untuk bertindak curang dan mengambil keuntungan pribadi dari perusahaan atau instansi tempat di mana Saudara bekerja.?” Jawaban demi jawaban diucapkan oleh penonton di studio. Ada yang menjawab satu milyar, dua milyar, lima milyar, dan seterusnya. Yang menarik adalah jawaban si motivator ketika mendengar jawaban dari hadirin tersebut. Dengan tersenyum dia menjawab,”Terima kasih karena sekarang saya tahu berapa harga Saudara. Namun bagi saya, saya tidak akan menjual integritas saya karena itu tidak bisa diukur oleh uang.”
Jawaban dari sang motivator benar. Sungguh menyedihkan memang apabila kita meng”harga”i sesuatu dengan ukuran standar materi, seakan-akan segala sesuatu dapat dibeli dengan uang atau materi apalagi apabila diri kita sendiri pun kita beri label harga tertentu.  Mengapa cara kita meng”harga”i diri kita sendiri penting? Karena cara pandang kita kepada diri sendiri akan berpengaruh ke tindakan dan keberhasilan kita dan otomatis juga akan mempengaruhi cara kita meng”harga”i orang lain. Kalau kita meng”harga”i diri kita sendiri dengan harga yang rendah, maka kita akan meng”harga”i orang lain bahkan lingkungan di sekitar kita dengan ”harga” yang lebih rendah lagi.

Loving Life
Mengasihi kehidupan merupakan buah dari mengasihi Tuhan dan mengasihi manusia, termasuk mengasihi diri kita. Mengapa demikian? Cinta kepada Tuhan akan membawa pengucapan syukur atas kehidupan di sekeliling kita yang Dia beri. Cinta kepada manusia, termasuk kepada diri sendiri akan membuat kita menghargai dan menghormati diri sendiri. Itulah mengapa bagaimana kita menghargai Tuhan dan menghargai sesama termasuk diri kita sendiri mempengaruhi cara pandang kita terhadap kehidupan itu sendiri. Pada akhirnya, cara pandang yang tepat itu menyebabkan kita menaruh price tag atau label harga yang tepat pula pada kehidupan di sekitar kita yang standarnya bukan berdasarkan ukuran manusia atau secara materi tetapi menurut standar-Nya Tuhan yaitu berdasarkan kasih.

Akhir kata, mengasihi kehidupan adalah menghargai kehidupan dan ini dapat tercapai ketika kita mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Ini bukanlah hal yang mustahil atau sekadar wacana tetapi adalah sesuatu yang seharusnya terjadi di antara kita, orang yang percaya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar