Orang-orang
yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
Orang
yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan
sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.
Mazmur 126:5-6
Mazmur yang kita baca di atas adalah salah satu nyanyian ziarah yang
dinyanyikan para peziarah yang yang biasanya
dinyanyikan ketika para peziarah menanjak menuju Yerusalem. Mazmur ini dinyanyikan untuk mengenang
kembalinya orang Israel dari pembuangan. Bagi sebagian orang Israel, kepulangan
ke tanah perjanjian adalah sesuatu yang dinantikan. Banyak dari antara mereka
yang kembali dari pembuangan mengetahui dengan baik nubuatan akan adanya
pemulihan Bait Allah. Ketika nubuatan itu menjadi kenyataan, itu adalah suatu
pengalaman yang tidak terlupakan.
Orang Israel telah melewati masa duka yang besar, mereka hidup dalam
pembuangan namun pada akhirnya Tuhan membawa mereka kembali ke tanah mereka.
Pertanyaannya adalah apakah pemulihan itu telah selesai? belum. Mereka kembali
ke kota yang hancur dan bait Allah masih dalam reruntuhan. Tetapi, itu tidak
menjadi masalah buat mereka. Mereka sangat bersukacita dan bersyukur atas apa
yang Tuhan telah perbuat dalam kehidupan mereka walaupun segala sesuatu belumlah
sempurna dan mereka masih menghadapi masalah-masalah.
Respon kita terhadap kehidupan sangat menentukan keindahan
kehidupan itu sendiri. Ketika orang merespon hidup dengan bersungut-sungut dan
menggerutu, maka hidupnya akan dipenuhi dengan ketidakbahagiaan. Dalam konteks
bekerja, apakah kita dapat meresponi sebuah keindahan dalam pekerjaan?
Pekerjaan seberat apapun dapat dilewati dan diselesaikan dengan semangat karena
dilakukan dengan hati yang bahagia. Jika kita dapat memandang Tuhan dengan cara
dan perspektif yang benar, maka kita juga akan mampu memandang pekerjaan kita
sebagai pekerjaan yang menggairahkan
Sayangnya, sukacita kita seringkali bergantung kepada
keadaan, jikalau demikian sukacita itu adalah sukacita yang tidaklah
berkelanjutan karena keadaan kita berubah-rubah. Sukacita kita seharusnya tidak
bergantung kepada keadaan. Sukacita dapat diartikan sebagai suatu keyanikan
yang mendalam bahwa Tuhanlah yang berkuasa atas setiap aspek kehidupan kita. Sukacita
yang sejati memiliki jangkar yang dilabuhkan di dalam kepercayaan kepada Tuhan.
Sukacita semacam ini tidak akan dipengaruhi oleh faktor eksternal. Oleh karena
itu, kita dapat memiliki sukacita walaupun kita sedang menghadapi situasi yang
sulit karena sukacita itu adalah sebuah pilihan, sukacita adalah masalah attitude.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar