It is possible to give without
loving, but it is impossible to love without giving – Richard Braunstein
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kemurahan hati berarti kebaikan hati; sifat kasih dan sayang;
kedermawanan. Dengan definisi tersebut, rasanya jika ditanya, hampir
semua orang menyetujui bahwa kemurahan hati adalah hal yang baik, tetapi belum
tentu kita melakukannya di dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, dalam spotlight kali ini, kita akan membahas
mengenai masalah kemurahan hati (generosity)
sebagai bagian dari tema besar Leading
with Heart. Kita akan mengupas tentang kemurahan hati dari sudut pandang
penghakiman terakhir dalam Matius 25:31-46.
Pada akhir zaman, semua bangsa
akan dipisahkan menjadi dua golongan di hadapan Anak Manusia, yaitu golongan
kambing dan golongan domba. Salah satu hal yang patut diperhatikan adalah
penamaan golongan tersebut adalah kambing dan domba, bukannya serigala dan
domba. Tuhan seakan-akan menunjukkan bahwa perbedaan di antara kedua golongan
ini tidaklah ekstrim, bukan hitam lawan putih atau kebaikan melawan kejahatan.
Perbedaan di antara keduanya tidaklah besar dan itu ditentukan oleh apa yang
mereka lakukan.
Hal lain yang patut diperhatikan
adalah Yesus dengan jelas mengatakan bahwa tanda utama dari orang Kristen yang
sejati bukanlah pengetahuan Alkitab, doktrin yang dia percaya, atau aksesoris
yang dia kenakan, melainkan perhatian yang ia tunjukkan kepada mereka yang
membutuhkan. Demonstrasi kasih adalah bukti akhirGolongan domba dipuji karena
kemurahan hati mereka. Oleh karena itu, pada saat ini, kita akan belajar dari
golongan domba tentang kemurahan hati.
1.
Untuk menjadi jawaban, kita harus tahu
pertanyaannya
Sebab ketika Aku lapar, kamu
memberi Aku makan…. (Matius
25:35)
Ada motto yang mengatakan bahwa
kita (gereja) yang merupakan perwakilan Kristus adalah jawaban bagi dunia.
Motto di atas tidak keliru, namun kita harus bertanya kepada diri kita sendiri:
“Jawaban atas pertanyaan apa?” Golongan domba tahu apa yang mereka lakukan.
Ketika lapar diberi makan, haus diberi minum, dan seterusnya. Singkatnya,
golongan domba tahu secara spesifik apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara
untuk memenuhinya. Kemurahan hati bukan berarti memberi secara banyak dan
serampangan. Kemurahan hati adalah memberi dengan cerdik, tepat sesuai
kebutuhan, sekaligus menjawab kebutuhan tersebut.
2.
Kemurahan hati itu berkaitan dengan momentum
Sebab ketika…………….. (Matius 25:35)
Penulis Perancis, Jean de La
Bruyere menulis bahwa kemurahan hati itu bukanlah berarti memberi banyak tetapi
lebih condong ke memberi pada waktu yang tepat. Semua orang membutuhkan air
minum, tetapi air minum akan jauh lebih dihargai oleh orang yang haus. Golongan
domba bukan hanya tahu apa yang dibutuhkan tetapi mereka juga mengetahui dengan
persis kapan harus membantu.
3.
Bermurahhatilah hingga kita “tidak sadar” sedang
bermurah hati
Tuhan, bilamanakah kami………..? (Matius 25:37)
Ada beberapa penafsir yang
menafsirkan bahwa golongan domba itu tidak sadar kalau yang mereka sedang bantu
itu adalah Tuhan. Penafsiran tersebut memang benar, tetapi ayat tersebut juga
bisa berarti bahwa si golongan domba sama sekali tidak sadar kalau mereka
sesungguhnya sedang bermurah hati. Hal ini bisa terjadi ketika kemurahan hati
telah menjadi bagian hidup dan budaya. Orang-orang seperti ini bahkan tidak
sadar mereka sedang melakukan suatu hal yang istimewa. Sebagaimana tergambar
dalam kisah di atas ketika dipuji mereka malah keheranan, karena mereka tidak
merasa melakukan suatu hal yang luar biasa. Menolong orang dan bermurah hati
adalah hal yang biasa mereka lakukan. Itulah diri mereka apa adanya.
Ketika golongan domba bermurah
hati, mereka melakukannya “tanpa disadari”, tidak diingat-ingat, dan tidak
mengharapkan pujian. Kemurahan hati yang muncul dari cinta kepada Tuhan. Di
sepanjang kehidupan golongan domba, iman mereka telah menghasilkan buah
pekerjaan baik yang dirasakan banyak orang dan adalah doa kita semua, kita
digolongkan ke dalam golongan domba ini. Tuhan Yesus memberkati!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar