Sebab itu kami
tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah
menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya
demikian.
2 Korintus 5:16
Beberapa waktu lalu, saya mendengar sebuah lagu yang berjudul ”price tag” yang dinyanyikan oleh Jessie
J. Lirik lagu ini berisi protes karena manusia memandang segala sesuatunya
hanya berdasarkan materi. Manusia menaruh label harga atau price tag terhadap segala sesuatu, itulah mengapa kehidupan itu
seperti proses jual-beli dan kebenaran bisa digeser ke belakang. Masih menurut
lirik lagu ini, pandangan seperti itulah yang salah. Jika dipandang dari sisi
materi, kehidupan tidak dapat diberi label harga atau price tag. Ada hal tertentu yang tidak dapat dibeli oleh materi
termasuk kebahagiaan dan mata uang yang berlaku di dalam kehidupan adalah
cinta, bukan materi. Walaupun lagu ini bukan lagu gereja dan terlepas dari
segala kontrovesinya serta kesimpulan yang diambil oleh lagu ini, kata-kata
lagu tersebut membuat saya berpikir dan merenung. Betulkah ada ”price tag” di dalam kehidupan kita? Jika
ya, siapa yang memberi nilai dan patokan harga?
Segala sesuatu memang memiliki nilai dan harga. Hal ini nampak dari ayat
renungan kita di atas. Rasul Paulus pernah menilai seseorang menurut ukuran
manusia, dan saya menduga bahwa Rasul Paulus menilai manusia tersebut
berdasarkan materi persis seperti lagi ”Price Tag” di atas. Penilaian yang sama
pernah Rasul Paulus terapkan juga ke Kristus. Namun, sekarang dia tidak
berpikir seperti dulu lagi, sekarang Rasul Paulus berpikir dengan cara yang
berbeda. Rasul Paulus melihat manusia dari kacamata Allah, bahwa manusia telah
didamaikan dengan Allah oleh kematian Yesus Kristus. Tetapi apakah cukup sampai
di situ saja?
Di dalam pengalaman kita sehari-hari tentu saja kita memahami bahwa nilai suatu
barang biasanya menentukan harga, namun harga belum tentu menentukan nilai.
Semua yang bernilai biasanya menjadi berharga. Demikian juga dengan kehidupan
kita. Siapa kita dinilai dari APA NILAI kita terhadap kehidupan. Pertanyaannya
adalah bagaimana kita menilai diri kita dan orang lain? Apa standar nilai
kehidupan kita? Bagaimana komitmen kita untuk mencapai standar tersebut?
Kebenarannya adalah sebagai wakil Kristus di dunia ini, kita harus memiliki
nilai yang berbeda dengan standar dunia supaya dunia dapat belajar dari kita.
Jadi, mulailah dengan memiliki hidup yang bernilai yang sesuai dengan
nilai-nilai Alkitab dan hidup kita akan menjadi hidup yang berharga. Tuhan
memberkati!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar