Rabu, 08 Agustus 2018


Saya mau kalian mengetahui, bahwa hal-hal yang telah terjadi pada saya justru menyebabkan lebih banyak orang mendengar dan percaya akan Kabar Baik itu. 
Akibatnya, semua pengawal istana dan orang-orang lainnya di kota ini tahu bahwa saya dipenjarakan karena saya melayani Kristus. 
Dan pemenjaraan saya telah menyebabkan kebanyakan dari orang-orang Kristen di kota ini menjadi lebih yakin lagi akan Tuhan, sehingga mereka makin berani mengabarkan pesan Allah dengan tidak takut-takut. 
Filipi 1:12-14 (Bahasa Indonesia Sehari-hari – BIS)

Kitab Filipi secara keseluruhan adalah kitab yang menarik. Kitab ini juga disebut sebagai kitab sukacita karena banyaknya kata sukacita yang dipergunakan oleh Paulus dalam surat ini. Paulus menulis surat ini untuk menguatkan dan menghibur jemaat di Filipi padahal ketika menulis surat ini, Paulus berada di dalam penjara di kota Roma
Tapi yang membuat saya tertarik dan menjadikannya bahan renungan hari ini adalah ayat di atas. Saya speechless dengan ayat di atas. Bagaimana tidak? Bayangkan saja pada saat itu, Paulus berada dalam tahanan rumah. Menurut kebiasaan pada masa itu, tahanan yang banding kepada kaisar akan dijaga oleh pengawal istana (praetorian). Cara praetorian menjaga tahanan adalah dengan mengikatkan tangannya ke tangan tahanan yang dijaganya dengan mengunakan belenggu. Dengan cara ini sulit seorang tahanan untuk melarikan diri. Jika Paulus mengalami perlakuan serupa maka privasinya terganggu, dia tidak bebas sama sekali.
Tetapi alih-alih merasa tertekan, Paulus malah merasa ini kesempatan untuk memberitakan Injil Yesus Kristus. Praetorian yang menjaganya tidak bisa bergerak kemana-mana sehingga Paulus dengan bebas memberitakan Injil. Adanya pergantian penjaga justru kesempatan baru untuk menginjil lebih banyak lagi. Oleh karena itu, dengan pedenya Paulus mengatakan “semua pengawal istana” mengetahui mengapa dia dipenjara yaitu karena injil.
Sikap ini langka, Paulus bisa melihat hal positif dari penderitaan yang dia alami. Itulah sebabnya dia merasa bersukacita bukannya berdukacita. Karena sudut pandangnya ini, dia bisa melihat kesempatan dalam permasalahan yang dia alami dan mengubahnya menjadi keuntungan untuk memperluas Kerajaan Surga.
Pelajarannya adalah bagaimana kita memandang suatu persoalan bisa membuat perbedaan yang besar. Apakah kita bisa melihat hal positif dari permasalahan yang kita hadapi? Apakah kita bisa melihat hal yang positif dari kelemahan kita?

Rabu, 02 Mei 2018

TUHAN ATAS WAKTU


Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (Efesus 5:15-16)

Di dalam kehidupan, kita dapat memilih untuk menyia-nyiakan hidup kita atau dapat memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin dengan mengerjakan apa yang berkenan di hadapan Tuhan. Pada waktunya, kita akan berdiri di hadapan Tuhan untuk mempertanggungjawabkan kehidupan kita dan Tuhan akan menanyakan apa yang kita lakukan dengan apa yang telah Dia berikan di dalam kehidupan kita. Apakah kita melakukan apa yang dikatakan oleh 1 Korintus 10:31, “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”. Pada Minggu ini, kita telah sampai di minggu terakhir di bulan di mana kita belajar bahwa Tuhan adalah Tuan di atas seluruh area kehidupan kita. Pada Minggu ini, kita akan belajar tentang Tuhan atas waktu.
Mari kita berandai-andai, bagaimana jika kita memiliki sebuah rekening bank dan ada seseorang yang setiap hari mentransfer uang sejumlah 24 juta rupiah ke rekening bank tersebut. Kita boleh menggunakan uang tersebut tetapi di penghujung hari apabila ada sisa yang uang yang tidak terpakai, maka sisa uang tersebut akan ditransfer kembali ke si pemberi uang. Dengan kata lain, jika kita tidak menggunakan uang tersebut, maka kita akan kehilangan uang itu. Apa yang akan kita lakukan? Tentu saja kita akan menggunakan uang itu sebaik mungkin, kita akan membelanjakannya, kita akan menganggap setiap rupiah dari uang tersebut berharga karena jika kita tidak menggunakannya, kita akan kehilangan uang tersebut. Kita harus memandang waktu seperti kita memandang uang. Tuhan memberikan kepada kita waktu 24 jam sehari, jika kita tidak menggunakan waktu itu dengan baik, kita akan kehilangan waktu tersebut.
Di dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari Efesus 5:15-16, mengatakan,”Sebab itu, perhatikanlah baik-baik cara hidupmu. Jangan hidup seperti orang-orang bodoh; hiduplah seperti orang-orang bijak. Gunakanlah sebaik-baiknya setiap kesempatan yang ada padamu, karena masa ini adalah masa yang jahat.” Dengan kata lain, Alkitab sangat peduli dengan “Time Management” atau bagaimana seseorang mempergunakan waktu mereka. Seseorang yang bijaksana dapat terlihat dari bagaimana cara dia mengatur waktunya dan bagaimana seseorang  mengatur waktu dapat mengindikasikan apakah dia tahu tujuan hidupnya atau tidak.
Tuhan Yesus tidak pernah “tergesa-gesa”. Dia tahu bahwa Dia memiliki misi dan Dia sadar betul bahwa waktu yang Dia miliki di bumi sangat terbatas. Apabila kita membaca kitab Injil terutama kitab Markus, salah satu kata kata yang diulang berkali-kali adalah kata: sesudah itu dan segera sesudah itu. Tuhan Yesus tidak membuang-buang waktu. Dia punya agenda yang harus Dia selesaikan. Sebagaimana Tuhan Yesus, waktu yang kita miliki di bumi ini juga terbatas. Oleh karena itu, pergunakanlah waktu yang Tuhan telah berikan kepada kita dengan maksimal walaupun di tengah-tengah kesukaran dan tantangan yang ada dan apabila pada saatnya nanti kita mempertanggungjawabkan waktu kita kepada Tuhan, kita dapat berkata,”Aku telah menyelesaikan pertandinganku dengan baik”

Sabtu, 28 April 2018

BERAPA HARGANYA?


Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. (1 Petrus 1:18-19)

Minggu lalu, kita  telah membahas bahwa semua orang telah berbuat dosa. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Alkitab juga mengatakan bahwa upah dosa adalah maut (Roma 6:23) dan karena dosa, ada penghalang antara manusia dengan Tuhan (Yesaya 59:2). Karena dosa inilah biasanya kehidupan manusia dikendalikan oleh harga dirinya yang berdosa. Semakin tinggi harga dirinya, semakin besar usahanya untuk mempertahankan harga dirinya. Ketika harga dirinya direndahkan ia akan menjadi sangat gusar, marah, kecewa, tersinggung dan kemungkinan besar melakukan hal-hal yang justru semakin merendahkan dirinya sendiri seperti merusak, memfitnah, narkoba, berzinah dan lain sebagainya. Inilah manusia lama.
Manusia baru berbeda dengan manusia lama karena manusia baru sudah dibeli oleh Allah dengan harga Yesus. Orang tersebut seharusnya sudah tidak memiliki harga diri sendiri, tetapi harga dirinya sudah digantikan oleh Yesus. Sebagaimana tergambar dalam ayat pokok di atas, orang tersebut sudah ditebus dari cara hidup sia-sia dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus. Oleh karena itu, hidupnya dikendalikan oleh pribadi Yesus. Kehidupannya menjadi kehidupan yang mahal dan berarti, ia tidak harus mengeluarkan usaha besar untuk mempertahankan harga dirinya karena harga Yesus di dalamnya tidak mungkin devaluasi atau mengalami inflasi. Orang yang memiliki harga diri Yesus akan memiliki kehidupan yang bernilai tinggi dan tidak akan menukarkan nilai hidupnya dengan hal-hal yang bernilai rendah.

Kamis, 26 April 2018

Everyone is Welcome (Efesus 4:11-12; 1 Petrus 2:9)


Banyak orang Kristen yang beranggapan bahwa pelayanan di gereja hanya boleh dilakukan oleh orang yang “berpengalaman” dan yang ‘profesional”. Mereka mengharapkan fulltimer mampu melakoni banyak peran. Perannya adalah untuk berkhotbah, membaptis, melayani perjamuan kudus, besuk orang sakit, melayani pemakaman, memberkati pernikahan, dan menginjil. Dia harus menjadi teman semua orang dan harus tersedia 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Dia diharapkan harus segera pulang dari liburan keluarga jika ada jemaat yang sakit keras atau meninggal dunia. Anggota gereja harus menjadi prioritas nomor satu, keluarganya nomor dua karena bukankah dia sudah dibayar untuk sepenuh waktu melayani di gereja? itu adalah pekerjaannya. Pekerja sepenuh waktu melayani karena dia digaji untuk itu dan jemaat menuntut pelayanan karena mereka sudah membayar untuk itu. Gambaran ini bukanlah gambaran gereja yang sehat. Gereja tersebut tidak menggambarkan imamat rajani (1 Petrus 2:9). Jemaat gereja tersebut hanya sekumpulan orang-orang yang datang ke gereja seminggu sekali untuk menyaksikan orang lain melayani Tuhan.
Efesus 4 memberitahukan kepada kita seperti apa gereja yang sehat itu. Di dalam ayat 1, Paulus mengatakan, “hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu”. Di dalam ayat 12 tertulis bahwa tugas utama kelima jawatan adalah untuk “memperlengkapi orang-orang kudus”.  Ayat 16, mengatakan,”kalau tiap-tiap anggota itu bekerja seperti yang seharusnya, maka seluruh tubuh itu akan bertumbuh menjadi dewasa dan kuat melalui kasih” (BIS). Dengan demikian jelas bahwa Tuhan tidak pernah merancang kehidupan gereja seperti kehidupan hewan bersel satu. Dia tidak pernah merancang umat-Nya untuk menunggu pendeta atau fulltimer untuk datang dan melayani mereka. Gereja yang sehat dan jemaat yang kuat adalah jemaat yang menyadari pentingnya untuk menjadi imam bagi semua orang percaya. Di mana jemaat turut ambil bagian dalam berbagai macam pelayanan; di mana orang kudus melayani dan membangun sesama orang kudus.
Jikalau jemaat yang melayani, lalu apa tugasnya fulltimer? Sebagaimana sudah disinggung di atas, tugas utama mereka yang utama adalah untuk memperlengkapi orang-orang kudus (Ef 4:12). Setidaknya ada dua cara bagaimana mereka dapat memperlengkapi orang-orang kudus. Pertama, mereka menciptakan atmosfir yang mendorong jemaat memiliki kerelaan untuk melayani dan yang kedua, mereka melatih jemaat untuk melayani; bukan hanya dalam hal skill atau keterampilan tetapi juga dalam hal motivasi mengapa jemaat harus melayani. Tuhan Yesus mengatakan di dalam Matius 5:16,”Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Kita tidak melakukan pelayanan karena melayani Tuhan itu menyenangkan (walaupun kenyataannya seperti itu). Kita juga tidak melayani karena kita itu adalah keahlian kita. Kita melayani karena itu dapat menarik perhatian orang kepada Yesus sehingga mereka sadar kalau mereka perlu diselamatkan. Dengan kata lain, pelayanan kita harus dimotivasi oleh iman kita kepada Tuhan dan keinginan kita untuk menyenangkan Dia.
Di akhir tulisan ini, saya ingin mengajak seluruh jemaat yang belum mengambil bagian dalam pelayanan untuk bergabung di dalam bidang-bidang pelayanan yang ada karena pelayanan kita adalah bukti kasih kita kepada Tuhan dan sesama. Come on Betlehem! Together we serve
Daniel Yosafat

Jumat, 16 Juni 2017

Renungan Lukas 6:1-11


1. Ahli Taurat dan Orang Farisi mengamati Tuhan Yesus supaya memiliki alasan untuk mempersalahkan Dia (Lukas 16:7)

Pelajaran yang dapat diambil:
a. Kebencian kita terhadap seseorang bisa membuat kita mencari-cari kesalahan orang tersebut untuk membenarkan kebencian kita terhadap orang itu. 
b. Ketika kita memiliki pandangan yang negatif terhadap seseorang, tanyakanlah kepada diri sendiri: apakah penilaian saya bias karena saya sudah memiliki stigma terhadap orang itu?

2. Tuhan Yesus mengatakan,”Manakah yang diperbolahkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?”

Pelajaran yang dapat diambil:
Jangan pernah menjadikan cara untuk mencapai tujuan menjadi tujuan itu sendiri. Jangan jadikan cara untuk mencapai Tuhan menjadi tuhan itu sendiri.

Kamis, 15 Juni 2017

Renungan Lukas 5:29-39

1.       Yesus makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa (Lukas 5:30). Pelajaran yang dapat diambil:
Hanya karena sedang bersama bukan berarti identik dengan. Jangan terlalu mudah untuk menjatuhkan penilaian terhadap seseorang. Kita seringkali menghakimi seseorang hanya karena dia terlihat sedang berada dalam suatu kumpulan atau sedang bersama seseorang.
2.       Tuhan berada bersama dengan orang berdosa dengan tujuan untuk menjangkau mereka (Lukas 5:32).
Pelajaran yang dapat diambil:

Jangan menilai seseorang hanya dari tindakannya di suatu waktu. Lihatlah keseluruhan hidup orang tersebut

Renungan Lukas 5:1-11

Ada yang unik dari kisah ini
1)      Tuhan Yesus sudah mengetahui bahwa mereka tidak mendapatkan apa2 semalam karena Tuhan melihat mereka sedang membersihkan jala (Lukas 5:2)
2)      Permintaan Tuhan kepada Simon Petrus cukup aneh:
a.       Kalau Tuhan ingin menolong mengapa tidak tepat ketika mereka menjala ikan malam harinya. Itu adalah waktu yang pas untuk menjala ikan, dan kalau mereka mendapatkan banyak ikan pada malam harinya pastinya mereka akan melayani Tuhan dengan sukacita ketika pagi harinya. Namun, Tuhan tidak melakukan itu.
b.      Ini siang hari. Bukan waktu yang tepat untuk mencari ikan. Tuhan “terlambat”, waktu yang “tepat” seharusnya malam hari.
c.       Tuhan bukan nelayan. Tahu apa Dia tentang memancing ikan.
3)      Respon Petrus logis, yang Tuhan minta sudah mereka lakukan semalam-malaman di waktu yang tepat untuk mencari ikan (malam hari) dan ikan yang mereka dapatkan nol. Eh, Tuhan malah minta untuk melakukan lagi yang sudah berulang kali mereka lakukan dan yang lebih heboh lagi adalah sekarang di waktu yang seharusnya tidak ada ikan (siang hari). Logikanya yang seharusnya waktu banyak ikan saja tidak dapat apalagi di waktu yang tidak banyak ikan.

Aplikasi:
1.       Kita seringkali terhambat oleh time frame kita sendiri. Waktu yang “tepat” menurut kita, belum tentu waktu yang tepat menurut Tuhan. Waktu Tuhan itu bisa jadi tidak logis menurut banyak orang tapi itu adalah waktu yang terbaik.
2.       Jangan hanya karena kita pernah melakukan suatu tindakan lalu tidak berhasil, lalu kita mengambil kesimpulan bahwa suatu tindakan itu akan selalu gagal. Belum tentu! Suatu tindakan yang membawa kegagalan di masa lalu bisa jadi membawa keberhasilan jika dilakukan saat ini.


Tuhan tidak meminta Petrus untuk melakukan sesuatu tetapi menjadi sesuatu